Homesick, Rasa Rindu Rumah yang Sering Dialami Para Perantau
Banyak dari kita yang mungkin harus meninggalkan kampung halaman untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi, mengejar karier, atau bahkan sekadar mencoba untuk hidup secara mandiri. Awalnya, semua terasa begitu seru. Tapi setelah lewat 1-2 minggu, kamu mungkin mulai rindu dengan suasana rumah, dengan masakan ibu, dengan kamar tidur yang kamu anggap sebagai tempat ternyaman di planet bumi #Lebay, bahkan dengan teman tongkronganmu atau ibu-ibu tetangga yang setiap pagi berkumpul di warung sayur demi satu tujuan, yap, ngejulid-in tetangga yang lain haha
Perasaan ini dikenal dengan istilah homesick, yang dalam bahasa Indonesia berarti rindu rumah.
Apa Itu Homesick?
Homesick dapat diartikan sebagai rasa kangen yang mendalam pada rumah atau suasana rumah ketika kamu berada jauh dari tempat yang biasanya memberikan kenyamanan secara emosional. Menurut penelitian dalam Journal of Adolescence, homesick sering dialami oleh mahasiswa baru, pekerja perantauan, dan juga para pelajar yang sedang mengikuti program pertukaran pelajar ke luar negeri.
Homesick juga bukan istilah yang cukup asing di dunia psikologi. Perasaan ini biasanya muncul karena perubahan lingkungan, rutinitas, atau ketika seseorang harus beradaptasi dengan suasana baru yang masihb terasa asing. Sebenarnya ini adalah respon yang sangat manusiawi dan tidak perlu dikhawatirkan karena hampir semua orang yang meninggalkan kampung halamannya untuk merantau pasti merasakan hal yang sama.
Penyebab Homesick yang Sering Dialami Para Perantau
Homesick bisa dialami oleh siapa saja, baik itu pelajar, mahasiswa, pekerja, bahkan orang yang baru pindah kota atau negara baru. Berikut adalah beberapa halyang kerap menjadi penyebab utama homesick.
1. Perpindahan Lingkungan yang Signifikan
Saat pindah ke kota atau negara baru, kamu butuh waktu buat menyesuaikan diri. Mulai dari pola makan, budaya, bahasa, hingga cara bersosialisasi. Proses adaptasi inilah yang seringkali membuat seseorang merasa sendirian dan kehilangan zona nyaman yang selama ini ia miliki.
2. Kurangnya support dari orang-orang disekitar
Tempat baru juga berarti teman baru. Nggak semua orang bisa langsung akrab dan dapat sahabat seperti di kampung halaman. Lingkungan yang individualis atau kurang ramah kadangkala justru memperburuk homesick yang tengah kamu rasakan. Karena kamu merasa kurang mendapat dukungan emosional di tempatmu berada sekarang.
3. Tekanan Akademis atau Pekerjaan
Mereka yang merantau untuk kuliah atau kerja umumnya menghadapi tekanan studi atau beban kerja berat. Ditambah lagi, nggak ada keluarga yang biasanya jadi tempat curhat, sehingga homesick makin terasa.
4. Nostalgia dan Kenangan Masa Lalu
Kalau kamu sering mengingat momen-momen bersama keluarga atau teman lama, hal itu bisa memicu homesick makin dalam. Bahkan sekadar melihat foto lama saja kadang sudah cukup bikin kamu merasa “rindu rumah”.
Tanda-Tanda Kamu Sedang Mengalami Homesick
Bukan cuma sedih atau kangen, homesick bisa menimbulkan berbagai gejala, baik secara fisik maupun emosional:
1. Merasa Sedih dan Murung Secara Terus-Menerus
Salah satu tanda paling umum dari homesick adalah perasaan sedih yang muncul tiba-tiba dan berlangsung dalam waktu lama. Kamu mungkin merasa hampa meskipun lingkungan barumu sebenarnya baik-baik saja. Perasaan sedih ini bisa datang tanpa alasan yang jelas dan sering kali membuat kamu menangis tanpa bisa dikontrol.
Menurut penelitian dari jurnal JSII, mahasiswa yang mengalami homesickness cenderung merasakan kesedihan yang mendalam karena merasa jauh dari orang-orang yang mereka cintai. Kesedihan ini bukan sekadar rindu sesaat, tapi perasaan yang intens dan bisa menghambat kemampuan kamu untuk menikmati dan hadir dalam situasi saat ini. Psikolog Patrice Le Goy menjelaskan bahwa ketika perasaan sedih ini tidak ditangani, bisa menjadi lebih parah dan menyebabkan isolasi serta depresi.
Rasa sedih yang berkelanjutan ini juga bisa membuat mood kamu jadi tidak stabil. Kamu mungkin merasa baik-baik saja di satu momen, tapi tiba-tiba merasa sangat sedih di momen berikutnya. Kondisi emosional yang up and down seperti ini merupakan karakteristik khas dari homesickness yang perlu kamu waspadai.
2. Sering Teringat Rumah dan Keluarga Secara Berlebihan
Kalau kamu terus-menerus memikirkan rumah, keluarga, atau teman-teman di kampung halaman hingga mengganggu konsentrasi, itu adalah tanda kuat bahwa kamu sedang mengalami homesick. Pikiran tentang rumah ini bukan sekadar kenangan sesekali, tapi menjadi fokus utama yang mendominasi pikiran kamu sepanjang hari.
Penelitian menunjukkan bahwa karakteristik kognitif dari homesickness adalah adanya pikiran yang terus-menerus (rumination) tentang rumah dan keinginan kuat untuk kembali ke rumah. Kamu mungkin sering membayangkan suasana rumah, makanan kesukaan ibu, atau momen-momen bersama keluarga yang membuatmu merasa nyaman.
Anak rantau yang sedang mengalami homesick cenderung sering membicarakan rumah, keluarga, atau teman-teman di kampung halaman dalam setiap percakapan. Mereka akan menceritakan hal-hal kecil seperti makanan favorit, suasana rumah, atau tempat-tempat kesukaan dengan sangat detail. Ini adalah bentuk kerinduan yang mendalam terhadap lingkungan yang mereka tinggalkan dan menandakan bahwa pikiran mereka tidak bisa lepas dari rumah.
3. Kesulitan Berkonsentrasi dan Fokus
Homesick bisa sangat mengganggu kemampuan kognitif kamu, terutama dalam hal konsentrasi dan fokus. Ketika pikiran terus tertuju pada rumah dan keluarga, kamu akan kesulitan untuk fokus pada pelajaran, pekerjaan, atau tugas-tugas lainnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Sun, Hagedorn, dan Zhang (2016) menemukan bahwa ada kaitan erat antara homesick dengan kegagalan kognitif, konsentrasi belajar yang terganggu, dan kepandaian akademik yang lebih rendah. Homesickness membuat seseorang terjebak dalam pemikiran tentang ketidaknyamanan mereka di daerah baru, sehingga menimbulkan kesulitan dalam menangkap materi pembelajaran atau memahami instruksi dari dosen dengan baik.
Aspek kognitif dari homesickness juga ditandai dengan kesulitan konsentrasi yang disebabkan karena pikiran yang selalu memikirkan tentang rumah, penyimpangan memori, dan isolasi sosial. Hal ini tentu saja berdampak pada prestasi akademik atau performa kerja kamu. Banyak mahasiswa rantau yang mengalami penurunan nilai atau kesulitan mengerjakan tugas karena tidak bisa berkonsentrasi akibat homesick.
4. Mengalami Perubahan Pola Tidur (Insomnia atau Tidur Berlebihan)
Gangguan tidur adalah salah satu gejala fisik yang paling umum dialami oleh orang yang sedang homesick. Kamu mungkin mengalami kesulitan tidur (insomnia) karena pikiran terus menerus melayang ke rumah, atau sebaliknya, kamu tidur berlebihan sebagai cara untuk melarikan diri dari perasaan tidak nyaman.
Penelitian dalam jurnal internasional menunjukkan bahwa gangguan tidur merupakan salah satu gejala fisik utama dari homesickness. Ketika malam tiba dan kamu terbaring sendirian di tempat tidur, berbagai pikiran dapat muncul di kepala. Saat itulah rasa kesepian mulai melanda, dan dengan suasana baru yang masih terasa asing, sedikit suara saja dapat mengganggu sehingga membuat kamu terjaga sepanjang malam.
Kondisi ini terjadi karena homesick memicu respons stres yang signifikan dalam tubuh. Sistem saraf simpatik menjadi sangat aktif, menyebabkan peningkatan detak jantung dan kadar hormon stres seperti kortisol. Peningkatan hormon stres yang berkepanjangan ini dapat mengganggu pola tidur dan membuat kamu merasa lelah terus-menerus meskipun sudah tidur cukup lama.
5. Kehilangan Nafsu Makan atau Makan Berlebihan
Perubahan nafsu makan adalah tanda fisik lain dari homesick yang cukup signifikan. Beberapa orang mengalami kehilangan nafsu makan total karena perasaan sedih dan cemas yang mendalam, sementara yang lain justru makan berlebihan sebagai bentuk kompensasi emosional atau comfort eating.
Menurut penelitian, individu yang mengalami homesickness akan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari termasuk makan, karena adanya perasaan ketidaknyamanan dan ketidakpuasan terhadap lingkungan baru. Aspek fisik dari homesickness memang mencakup hilangnya nafsu makan dan gangguan pencernaan yang dapat memengaruhi kesehatan secara keseluruhan.
Kamu mungkin merasa makanan di tempat baru tidak senikmat makanan rumah, atau kamu justru kehilangan selera makan sama sekali karena perasaan sedih yang mendalam. Kondisi ini bisa berbahaya jika berlangsung lama karena dapat menyebabkan penurunan berat badan, kekurangan nutrisi, atau sebaliknya, kenaikan berat badan yang tidak sehat akibat stress eating.
6. Merasakan Kecemasan dan Kegelisahan Berlebihan
Rasa cemas dan gelisah yang terus-menerus adalah salah satu gejala emosional utama dari homesick. Kamu mungkin merasa khawatir berlebihan tentang berbagai hal, mulai dari keadaan keluarga di rumah, kemampuan diri untuk beradaptasi, hingga ketakutan akan kegagalan di tempat baru.
Penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang mengalami homesick cenderung merasa tidak aman, tidak merasakan kebahagiaan saat berada di lingkungan baru, dan mengalami kecemasan berlebih. Aspek emosi dari homesickness ditandai dengan munculnya berbagai macam emosi negatif, keresahan di dalam hati, dan rasa ketidakpuasan dalam lingkungan baru.
Psikolog menjelaskan bahwa homesick bisa dipicu oleh ketidaknyamanan dan tidak adanya suasana keakraban saat berada di lingkungan yang asing. Ketika perasaan terasing dan kesepian ini terjadi berulang kali, kondisi ini juga berdampak pada kondisi fisik dan memengaruhi saraf vagal punggung, bagian otak yang merespons isyarat bahaya dan akan mengaktifkan perlindungan diri. Akibatnya, kamu merasa cemas dan gelisah secara berkelanjutan hingga dapat menyebabkan gangguan kecemasan yang lebih serius.
7. Menarik Diri dari Interaksi Sosial dan Lingkungan Baru
Salah satu tanda sosial yang paling kentara dari homesick adalah kecenderungan untuk menarik diri dari interaksi sosial. Kamu mungkin merasa tidak tertarik untuk berteman dengan orang baru, menghindari kegiatan sosial, atau lebih memilih menyendiri di kamar.
Menurut penelitian, aspek sosial dari homesickness ditandai dengan kesulitan dalam proses penyesuaian diri di lingkungan baru dan kesulitan untuk berinteraksi dengan orang-orang di sekitar. Hal ini menyebabkan individu mengalami penarikan diri (social withdrawal) yaitu menarik diri dari lingkungan masyarakat sekitar kos atau asrama dan tidak memiliki pertemanan yang akrab.
Anak rantau yang merindukan rumah mulai menarik diri dari kegiatan sosial di lingkungan barunya karena merasa kurang bersemangat untuk bertemu teman-teman baru atau ikut serta dalam aktivitas. Mereka merasa sulit untuk benar-benar menikmati kegiatan di tempat perantauan karena ada perasaan bahwa mereka lebih baik berada di rumah bersama keluarga. Kondisi isolasi sosial ini justru memperburuk perasaan kesepian dan memperlambat proses adaptasi.
8. Mengalami Gejala Fisik seperti Sakit Kepala, Sakit Perut, atau Jantung Berdebar
Homesick ternyata tidak hanya memengaruhi kondisi emosional, tapi juga bisa memicu berbagai gejala fisik yang nyata. Kamu mungkin mengalami sakit kepala, sakit perut, jantung berdebar, atau bahkan gejala seperti kesemutan (parestesia).
Penelitian menunjukkan bahwa tubuh merespons stres emosional dari homesickness seolah-olah sedang menghadapi ancaman nyata. Sistem saraf simpatik yang mengatur respons "lawan atau lari" (fight-or-flight) menjadi aktif, sehingga detak jantung meningkat, tekanan darah naik, dan kadar hormon stres seperti kortisol melonjak. Peningkatan hormon stres yang berkepanjangan dapat mengganggu berbagai fungsi tubuh, mulai dari sistem imun, sistem pencernaan, hingga pola tidur.
Ahli saraf bersertifikat Daniel Rifkin menjelaskan bahwa gejala fisik seperti jantung berdebar, kesulitan tidur, sakit kepala, atau nyeri dada yang tak henti-henti mirip dengan apa yang dialami orang saat berduka. Fenomena ini disebabkan oleh sinyal stres abnormal yang berasal dari bagian terdalam otak, yaitu amigdala. Selain itu, homesick juga dapat menyebabkan gangguan pencernaan, sistem kekebalan tubuh menurun, sehingga kamu lebih mudah jatuh sakit.
9. Menurunnya Motivasi dan Semangat untuk Beraktivitas
Ketika homesick melanda, kamu mungkin merasa kehilangan motivasi untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Tugas-tugas kuliah atau pekerjaan yang sebelumnya terasa menarik, tiba-tiba menjadi beban yang berat dan tidak menyenangkan.
Penelitian menunjukkan bahwa dampak negatif homesick terhadap kesehatan mental mahasiswa baru sangat beragam, salah satunya adalah penurunan motivasi akademik. Kondisi mental yang buruk dapat mempengaruhi konsentrasi dan performa akademik mahasiswa baru, sehingga tugas-tugas mulai terhambat karena tidak adanya semangat untuk mengerjakan.
Psikolog klinis Avigail Lev menjelaskan bahwa ketika perasaan kesepian dan isolasi terjadi berulang kali, sistem saraf menjadi kewalahan dan tubuh terjebak dalam mode diam. Orang tersebut akan merasa mati rasa, apatis, tidak termotivasi, dan terputus dari sekitar. Kebiasaan menunda-nunda tugas (procrastination) akan semakin meningkat dan menyebabkan nilai akademik yang kurang memuaskan. Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang mengalami homesick tiga kali lebih besar kemungkinannya untuk putus kuliah dibandingkan mereka yang tidak mengalaminya.
10. Sering Membandingkan Lingkungan Baru dengan Rumah secara Negatif
Tanda kognitif lain dari homesick adalah kecenderungan untuk terus-menerus membandingkan lingkungan baru dengan rumah, dan selalu menganggap rumah lebih baik. Kamu mungkin merasa bahwa makanan di rumah lebih enak, orang-orang di kampung halaman lebih ramah, atau suasana di rumah lebih nyaman dibandingkan tempat barumu sekarang.
Menurut penelitian, gejala kognitif dari homesickness dapat bermanifestasi sebagai pikiran yang terus-menerus tentang kerinduan untuk kembali ke rumah dan pandangan pesimistis tentang lingkungan baru. Proses kognitif negatif yang konsisten mengenai tempat baru ini dapat semakin memperumit kesehatan psikologis penderita homesick.
Aaron Beck, pendiri terapi kognitif perilaku, menjelaskan bahwa sistem kepercayaan, harapan, dan asumsi individu memberikan pengaruh kuat pada kesejahteraan dan perilaku mereka. Dengan kata lain, pikiran negatif yang konsisten tentang lingkungan baru dapat memiliki pengaruh besar pada perilaku dan fungsi psikologis seseorang. Idealisasi berlebihan tentang rumah dan kehidupan lama, serta perbandingan negatif antara situasi saat ini dengan kehidupan di rumah menjadi karakteristik khas dari homesickness.
Cara Mengatasi Homesick Saat Jauh dari Rumah
Meski terasa cukup berat, kamu bisa mengurangi dampak homesick agar tidak sampai mengganggu aktivitas sehari-hari, misalnya.
1.Bangun Rutinitas dan Kebiasaan Baru
Cobalah untuk membangun kebiasaan positif di tempat tinggal barumu, misalnya jogging pagi atau sekadar ngopi bareng teman kos. Rutinitas baru ini bisa membantu kamu merasa lebih “betah.”
2. Tetap Terhubung dengan Keluarga dan Teman
Manfaatkan teknologi. Jangan ragu buat video call keluarga atau teman lama. Kadang, sekadar mendengar suara mereka saja udah bisa bikin hati lebih tenang sekaligus mengurangi rasa rindu.
3. Ciptakan Suasana Rumah di Tempat Tinggal Baru
Dekorasi kamar atau apartemen dengan barang-barang dari rumah asal, seperti foto keluarga, selimut kesayangan, atau benda favorit, bisa membuatmu merasa “pulang” meski jauh dari rumah.
4. Kenali Lingkungan Sekitar
Cari tau tempat-tempat seru di sekitar tempat tinggal barumu, seperti taman kota, kuliner khas, atau kegiatan komunitas. Ini bisa membantu kamu merasa lebih “welcome” dan menambah pengalaman seru.
5. Jangan Segan Cari Teman Baru
Membangun hubungan sosial di tempat baru memang nggak mudah. Tapi makin banyak kenalan, makin cepat kamu merasa diterima dan merasa “pulang” meskipun jauh dari rumah.
Kapan Harus Cari Bantuan Profesional?
Pada sebagian kasus, homesick bisa berubah jadi gangguan kecemasan, depresi, atau isolasi sosial yang parah. Jika kamu merasa kesulitan mengatasinya, sulit tidur berminggu-minggu, atau mulai berpikir negatif secara ekstrem, kamu sangat dianjurkan untuk bertemu dengan seorang psikolog atau konselor. Dukungan profesional penting agar kamu kembali semangat menjalani rutinitas harian.
Homesick Itu Wajar
Homesick adalah fenomena emosional yang kompleks dan wajar dialami oleh siapa saja yang berada jauh dari rumah, terutama mahasiswa rantau dan pekerja yang baru pindah ke kota baru. Mengenali tanda-tanda homesick sejak dini sangat penting agar kamu bisa mengambil langkah yang tepat untuk mengatasinya sebelum kondisi ini berkembang menjadi masalah kesehatan mental yang lebih serius seperti depresi atau gangguan kecemasan.
Penelitian menunjukkan bahwa homesickness memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan mental dan fisik, termasuk perasaan cemas, depresi, kesepian, penurunan motivasi akademik, gangguan tidur, dan berbagai gejala fisik lainnya. Namun, kondisi ini bisa diatasi dengan cara membangun rutinitas dan kebiasaan baru, aktif berinteraksi dengan lingkungan baru, menjaga komunikasi dengan keluarga, dan mengembangkan sikap mandiri.
Kalau kamu atau teman-temanmu mengalami beberapa tanda di atas dan kondisinya semakin memburuk hingga mengganggu aktivitas sehari-hari, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional seperti psikolog atau konselor. Ingat, homesick bukanlah tanda kelemahan, tapi respons alami terhadap perubahan lingkungan yang menunjukkan bahwa kamu memiliki ikatan emosional yang kuat dengan rumah dan keluarga. Dengan penanganan yang tepat, kamu bisa melewati fase ini dan menikmati pengalaman baru di tempat rantau dengan lebih baik.